Kamis, 10 Mei 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN (LISTENING TEAM)

LISTENING TEAM
(TIM PENDENGAR)
Oleh : Rahmadanni Pohan, Siti Marpuah & Jupriantoni

A.    Pendahuluan
Pembelajaran merupakan pusat kegiatan belajar mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral. Sebagian besar waktu anak dihabiskan untuk menjalani rutinitas pembelajaran setiap hari.
Bagi seorang guru, mengajar adalah aktivitas utama. Oleh karena itu, ia layak disebut guru, karena da transfer ilmu kepada siswa. Kata orang bijak, dengan mengajar, ilmu menjadi tegak dan berkembang. Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu tidak akan habis, tetapi justru semakin dinamis, progresif, dan produktif.[1]
Disinilah peran guru sebagai pendidik yang mana harus mampu menguasai strategi atau metode dalam pembelajaran. Yang sangat berdampak kepada aktivitas belajar beserta hasil belajar yang ingin dicapai. Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar adalah listening team.
Listening Team termasuk kedalam bentuk pembelajaran Full Class Learning. Pada dasarnya, kegiatan ini adalah sebuah cara yang dapat membantu peserta didik agar tetap terfokus dan siap siaga dalam berbagai situasi pembelajaran yang sedang terjadi. Dalam kegiatan ini, Listening Team membentuk kelompok-kelompok kecil yang bertanggung jawab menjelaskan materi pembelajaran, hampir sama dengan Model Jigsaw[2] , namun dalam Listening Team disini tidak ada pertukaran anggota tim.

 B.     Pembahasan
a. Pengertian Listening Team
Pengertian operasional dari Listening Team adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan yang melibatkan indera pendengaran. Penggunaan Listening Team dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera pendengaran siswa (di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat mendorong siswa agar tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran berlangsung.[3]
Strategi ini membantu siswa untuk tetap berkonsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.[4]
Penggunaan strategi Listening Team akan mencapai tujuan yang maksimal apabila memenuhi prinsip-prinsip di bawah ini :[5]
1.      Pelaksanaannya dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa.
2.      Semua siswa harus terlibat sesuai dengan peranannya.
3.      Penentuan topik disesuaikan dengan kemampuan kelas, tingkat sekolah dan situasi tempat.
4.      Materi yang dipilih hendaknya terkait persoalan yang relatif banyak menimbulkan pertanyaan dan pendapat.
5.      Materi yang diajukan hendaknya dapat juga menumbuhkan pertimbangan dari berbagai pihak.
Strategi Listening Team ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Yang mana diawali dengan pemaparan pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misal, 40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok.

b. Langkah-langkahnya :
1.    Bagilah siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah satu dari tugas berikut ini :
Tim
Peran
Tugas
1
Penanya
Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, Penanya yang bertugas membuat minimal dua pertanyaan mengenai materi yang baru saja disampaikan.
2
Orang yang setuju
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan poin-poin mana yang mereka sepakati (atau membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. Dan Kelompok kedua ini merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu. Atau disebut juga sebagai kelompok Pendukung yang bertugas mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan “mengapa kami setuju”.
3
Orang yang tidak Setuju
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, mengomentari tentang poin mana yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. Atau Kelompok ketiga ini merupakan kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Atau disebut juga sebagai kelompok Penentang yang bertugas mencari ide-ide yang tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan. Perbedaan ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir, sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan struktural.
4
Pemberi Contoh
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, memberi contoh-contoh khusus atau aplikasi materi. Atau merupakan kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Serta Pemberi Contoh yang spesifik atau penerapan dari materi yang disampaikan guru dengan memberikan alasan.

2.    Sampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas mereka.
3.    Mintalah masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan.
4.    Beri klarifikasi secukupnya.[6]
Modifikasi :[7]
a.       Jika jumlah siswa banyak, buatlah kelompok ganda artinya terdapat 2 kelompok sebagai penanya dan begitu pula pada kelompok lainnya.
b.      Bisa juga dawali dengan tugas individual.
5.    Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.[8]

c. Variasi Kegiatan[9]
1.      Buatlah peranan-peranan yang lainnnya. Sebagai contoh, mintalah salah satu tim untuk menyimpulkan pelajaran yang disampaikan dengan ceramah atau mintalah salah satu tim menciptakan berbagai pertanyaan yang menguji pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran, atau buat nama kelompok yang unik untuk setiap peran mereka. Tantanglah peserta didik untuk bertukar fungsi secara mendadak setelah menyelesaikan kegiatan diatas.
2.      Berikan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang akan dijawab dengan pelajaran yang disampaikan dengan ceramah. Tantanglah  peserta didik untuk mendengarkan jawaban-jawabannya. Tim yang dapat menjawab paling banyak adalah tim yang menang.

v  Kelebihan Listening Team
·         Tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit, dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simple.
·         Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban.
·         Strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya.
·         Listening Team melatih siswa agar mampu berfikir kritis.
·         Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
·         Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan.
·         Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
·         Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
·         Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik.
·         Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.




v  Kelemahan Listening Team
·         Efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset.
·         Dalam pelaksanaannya sering tidak terlibatkan elemen-elemen penting.
·         Waktu yang dihabiskan cukup panjang.
·         Dengan keleluasaan pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.
·         Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
·         Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.



[1] Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, Jogjakarta : DIVA Press, h. 17
[2] Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting : setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian.
[3] http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html
[4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1. Cet. 2, Jakarta : Kencana, 2007. h. 145
[5] http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html
[6] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching, 2007, Ciputat : PT. Ciputat Press. h. 124-125
[7] Mudassir, Metode-Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pekanbaru : Suska Press. 2010. h. 58
[9] Mei Silberman, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2009. h. 106-107

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda