Kamis, 10 Mei 2012

STRATEGI PEMBELAJARAN (LISTENING TEAM)

LISTENING TEAM
(TIM PENDENGAR)
Oleh : Rahmadanni Pohan, Siti Marpuah & Jupriantoni

A.    Pendahuluan
Pembelajaran merupakan pusat kegiatan belajar mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada pematangan intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan hidup, dan keagungan moral. Sebagian besar waktu anak dihabiskan untuk menjalani rutinitas pembelajaran setiap hari.
Bagi seorang guru, mengajar adalah aktivitas utama. Oleh karena itu, ia layak disebut guru, karena da transfer ilmu kepada siswa. Kata orang bijak, dengan mengajar, ilmu menjadi tegak dan berkembang. Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu tidak akan habis, tetapi justru semakin dinamis, progresif, dan produktif.[1]
Disinilah peran guru sebagai pendidik yang mana harus mampu menguasai strategi atau metode dalam pembelajaran. Yang sangat berdampak kepada aktivitas belajar beserta hasil belajar yang ingin dicapai. Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan dalam proses belajar mengajar adalah listening team.
Listening Team termasuk kedalam bentuk pembelajaran Full Class Learning. Pada dasarnya, kegiatan ini adalah sebuah cara yang dapat membantu peserta didik agar tetap terfokus dan siap siaga dalam berbagai situasi pembelajaran yang sedang terjadi. Dalam kegiatan ini, Listening Team membentuk kelompok-kelompok kecil yang bertanggung jawab menjelaskan materi pembelajaran, hampir sama dengan Model Jigsaw[2] , namun dalam Listening Team disini tidak ada pertukaran anggota tim.

 B.     Pembahasan
a. Pengertian Listening Team
Pengertian operasional dari Listening Team adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan yang melibatkan indera pendengaran. Penggunaan Listening Team dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera pendengaran siswa (di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat mendorong siswa agar tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran berlangsung.[3]
Strategi ini membantu siswa untuk tetap berkonsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.[4]
Penggunaan strategi Listening Team akan mencapai tujuan yang maksimal apabila memenuhi prinsip-prinsip di bawah ini :[5]
1.      Pelaksanaannya dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa.
2.      Semua siswa harus terlibat sesuai dengan peranannya.
3.      Penentuan topik disesuaikan dengan kemampuan kelas, tingkat sekolah dan situasi tempat.
4.      Materi yang dipilih hendaknya terkait persoalan yang relatif banyak menimbulkan pertanyaan dan pendapat.
5.      Materi yang diajukan hendaknya dapat juga menumbuhkan pertimbangan dari berbagai pihak.
Strategi Listening Team ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan diperoleh partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Yang mana diawali dengan pemaparan pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Misal, 40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok.

b. Langkah-langkahnya :
1.    Bagilah siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah satu dari tugas berikut ini :
Tim
Peran
Tugas
1
Penanya
Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, Penanya yang bertugas membuat minimal dua pertanyaan mengenai materi yang baru saja disampaikan.
2
Orang yang setuju
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan poin-poin mana yang mereka sepakati (atau membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. Dan Kelompok kedua ini merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu. Atau disebut juga sebagai kelompok Pendukung yang bertugas mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan “mengapa kami setuju”.
3
Orang yang tidak Setuju
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, mengomentari tentang poin mana yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. Atau Kelompok ketiga ini merupakan kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Atau disebut juga sebagai kelompok Penentang yang bertugas mencari ide-ide yang tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan. Perbedaan ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir, sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan struktural.
4
Pemberi Contoh
Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, memberi contoh-contoh khusus atau aplikasi materi. Atau merupakan kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Serta Pemberi Contoh yang spesifik atau penerapan dari materi yang disampaikan guru dengan memberikan alasan.

2.    Sampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas mereka.
3.    Mintalah masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan.
4.    Beri klarifikasi secukupnya.[6]
Modifikasi :[7]
a.       Jika jumlah siswa banyak, buatlah kelompok ganda artinya terdapat 2 kelompok sebagai penanya dan begitu pula pada kelompok lainnya.
b.      Bisa juga dawali dengan tugas individual.
5.    Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi.[8]

c. Variasi Kegiatan[9]
1.      Buatlah peranan-peranan yang lainnnya. Sebagai contoh, mintalah salah satu tim untuk menyimpulkan pelajaran yang disampaikan dengan ceramah atau mintalah salah satu tim menciptakan berbagai pertanyaan yang menguji pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran, atau buat nama kelompok yang unik untuk setiap peran mereka. Tantanglah peserta didik untuk bertukar fungsi secara mendadak setelah menyelesaikan kegiatan diatas.
2.      Berikan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang akan dijawab dengan pelajaran yang disampaikan dengan ceramah. Tantanglah  peserta didik untuk mendengarkan jawaban-jawabannya. Tim yang dapat menjawab paling banyak adalah tim yang menang.

v  Kelebihan Listening Team
·         Tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit, dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan pengarahan yang simple.
·         Interaksi antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban.
·         Strategi ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan kurang motivasinya.
·         Listening Team melatih siswa agar mampu berfikir kritis.
·         Siswa tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
·         Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan.
·         Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.
·         Dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
·         Dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik.
·         Dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.




v  Kelemahan Listening Team
·         Efektivitasnya dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset.
·         Dalam pelaksanaannya sering tidak terlibatkan elemen-elemen penting.
·         Waktu yang dihabiskan cukup panjang.
·         Dengan keleluasaan pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.
·         Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
·         Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.



[1] Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM, Jogjakarta : DIVA Press, h. 17
[2] Jigsaw learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group to group exchange) dengan suatu perbedaan penting : setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau dipotong dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian.
[3] http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html
[4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed. 1. Cet. 2, Jakarta : Kencana, 2007. h. 145
[5] http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html
[6] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching, 2007, Ciputat : PT. Ciputat Press. h. 124-125
[7] Mudassir, Metode-Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Pekanbaru : Suska Press. 2010. h. 58
[9] Mei Silberman, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2009. h. 106-107

PENGARUH MOVING CLASS TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH PENERAPAN PEMBELAJARAN MOVING CLASS TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1
PEKANBARU

A.    Latar Belakang
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 dijelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[1]
Belajar merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Sebab, pada dasarnya belajar membutuhkan keterlibatan mental sekaligus tindakan. Pada saat aktif belajar, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Ia mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan berbagai masalah dan menerapkan apa yang ia pelajari.[2] Belajar juga akan lebih efektif jika dilaksanakan dalam suasana yang menyenangkan dan kondusif.
Agar peserta didik bisa menikmati proses pembelajaran yang menyenangkan, dan mudah menyerap materi pelajaran serta merasa fresh dan enjoy dengan proses pembelajaran yang dilakukan, dibutuhkan suasana kelas yang sangat mendukung. Siswa memerlukan suasana, tempat, dan kondisi baru sehingga tidak jenuh. Disinilah pentingnya menerapkan pembelajaran dengan kelas yang berpindah-pindah (moving class), sesuai dengan pelajaran yang akan dilaluinya.
Moving class merupakan pembelajaran yang bercirikan siswa berpindah dari kelas yang satu ke kelas yang lain sesuai dengan jadwal pelajaran pada setiap pergantian jam pelajaran. Di dalam penerapan moving class terdapat unsur pengelolaan kelas yang dilakukan oleh masing-masing guru pelajaran guna memfasilitasi siswa terhadap mata pelajaran yang bersangkutan. Sehingga dimungkinkan ada pengaruh positif yang ditimbulkan oleh moving class terhadap motivasi belajar yang pada akhirnya juga akan berdampak pada prestasi belajar siswa.
Kegiatan pembelajaran moving class peserta didik berpindah sesuai pelajaran yang diikutinya. Saat peserta didik memasuki ruang kelas peserta didik akan dapat langsung memfokuskan diri pada pelajaran yang dipilihnya. Para peserta didik dapat memilih kelas yang ada sesuai jenis pelajaran yang sesuai dengan jadwal mereka. Sehingga para peserta didik terlatih untuk berpikir dewasa dengan memberikan pilihan-pilihan. Moving class bertujuan untuk membiasakan anak-anak agar merasa hidup dan nyaman dalam belajar. Selain itu agar mereka tidak jenuh dan bertanggung jawab terhadap apa yang dipelajarinya. Pembelajaran ini membuat peserta didik tidak bosan belajar dengan selalu menempati kelas yang sama setiap harinya. “Moving Class” berarti peserta didik mempunyai kesadaran untuk mendapatkan ilmu. Artinya, jika mereka mau mendapatkan ilmu, maka mereka harus bergerak ke kelas yang tertentu yang disediakan untuk dipilih.[3]
Moving class dapat disamakan dengan pembelajaran aktif, dimana segala bentuk pembelajarannya memungkinkan para siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan pengajar. Pembelajaran ini sangat efektif dalam memberikan suasana pembelajaran yang interaktif, menarik dan menyenangkan, sehingga para siswa mampu menyerap ilmu dan pengetahuan baru, serta menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri maupun lingkungannya.
Manfaat penerapan pembelajaran moving class ini, dimaksudkan agar memperoleh waktu belajar yang optimal, memupuk kedisiplinan peserta didik, dan kemandirian pada diri peserta didik, memastikan peserta didik berada pada lingkungan yang aman dari pengaruh-pengaruh buruk yang ada dilingkungan sekolah.[4]
Selain itu, dalam penerapan moving class ini, dibutuhkan juga lingkungan sekolah yang yang intensif dengan perawatan yang ditandai dengan adanya tanaman dimana-mana beserta pepohonan rindang. Lingkungan sekitar sekolah di tata dengan kelihatan hijau agar suasananya menjadi sejuk dan menyenangkan. Fasilitas belajar yang dalam keadaan layak pakai terawat dengan baik dan tersedia kelengkapan maupun bahan yang dibutuhkan oleh peserta didik. 
Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar ini disebut dengan Motivasi. Motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Motivasi adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin siswa memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan siswa untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Dorongan itu hanya mungkin muncul dalam diri siswa manakala siswa merasa membutuhkan. Siswa yang merasa butuh akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu dalam rangka membangkitkan motivasi, guru harus dapat menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi belajar bagi kehidupan siswa, dengan demikian siswa akan belajar bukan hanya sekedar untuk memperoleh nilai atau pujian akan tetapi didorong oleh keinginan untuk memenuhi kebutuhannya.[5]  Prof S. Nasution mengemukakan :
“To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing ”. (Motivasi anak/peserta didik adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya).[6]

Dalam belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Motivation is an essensial condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Dorongan itu bisa berasal dari dalam atau luar. Semakin tinggi motivasi siswa untuk belajar, semakin tinggi pula proses dan hasil belajarnya.[7] Motivasi merupakan unsur penting dalam diri manusia yang berperan mewujudkan keberhasilan dalam usaha atau pekerjaan individu.[8]
Motivasi belajar dapat dilihat dari indikator-indikator seperti keantusiasan dalam belajar, minat atau perhatian pada pembelajaran, keterlibatan dalam kegiatan belajar, rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, ketekunan dalam belajar, selalu berusaha mencoba, dan aktif mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran.[9]
Motivasi merupakan intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat seseorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya. Mengingat usaha merupakan indikator langsung dari motivasi belajar, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indikator-indikator sebagai berikut :
a.       Tingkat perhatian siswa terhadap pembelajaran.
b.      Tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa.
c.       Tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran.
d.      Tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Pada intinya, motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan, dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan baik.[10]
Berdasarkan pengamatan dan  informasi dari siswa dan guru di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru, ternyata dari pemaparan di atas tidak sepenuhnya sesuai dengan keadaan dilapangan. Karena masih ditemukan siswa yang kurang termotivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikarenakan hal-hal berikut ini :
1.      Ada sebagian siswa yang beranggapan bahwa pembelajaran moving class hanya membuang-buang waktu saja. Karena harus berpindah dari satu kelas ke kelas yang lain.
2.       Ketika hari telah siang, sebagian siswa ada yang merasa malas untuk berpindah kelas.
3.      Jika tatanan bangunannya bertingkat, banyak siswa yang merasa capek naik turun tangga.
4.      Ketika tiba dilokal mata pelajaran selanjutnya, ditemukannya guru yang tidak disiplin/tidak tepat waktu sehingga mengakibatkan kekesalan bagi siswa.
5.      Kurangnya pengadaan sarana dan prasarana dalam menunjang pelaksanaan model pembelajaran moving class.
6.      Hasil belajar yang kurang memuaskan/tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah.
7.      Ada sebagian siswa yang lebih menyukai guru yang datang ke kelas dari pada siswa yang mendatangi guru.
8.      Ada sebagian siswa yang masih mengalami remedial.
Berdasarkan gejala-gejala diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Moving Class Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru”.

B.     Penegasan Istilah
1.    Pengaruh
Pengaruh adalah kekuatan yang ada atau timbul dari sesuatu, seperti orang, benda yang turut membentuk waktu, kepercayaan atau perbuatan seseorang.[11]
2.      Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik.


3.    Moving class
Moving class adalah suatu model pembelajaran yang diciptakan untuk belajar aktif dan kreatif yang bercirikan peserta didik yang mendatangi guru dikelas, bukan sebaliknya.[12]
4.    Motivasi adalah penggerak yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.[13]
5.    Belajar adalah aktivitas yang dilakukan oleh individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa ynag telah dipelajari dan sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya.[14]
6.    Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalamnya terdapat prinsif aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri.[15]

C.    Permasalahan
1.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis dapat mengidentifikasikan  masalah sebagai berikut :
1.      Apakah ada pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran moving class dengan motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
2.      Apakah dalam pelaksanaan penerapan pembelajaran moving class dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa.
3.      Bagaimanakah tanggapan/respon siswa terhadap penerapan pembelajaran moving class.
4.      Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
2.      Batasan Masalah
Mengingat banyaknya persoalan yang mengitari kajian ini seperti yang telah dikemukakan dalam identifikasi di atas, maka penulis memfouskan penelitian ini pada “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Moving Class Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru. Siswa yang diteliti juga dibatasi yakni hanya siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
3.      Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka masalah yang akan dijawab melalui penelitian ini penulis dirumuskan sebagai berikut : Apakah ada pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran moving class terhadap motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 pekanbaru.

D.    Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
a.       Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh yang signifikan antara penerapan pembelajaran moving class terhadap motivasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
b.      Kegunaan Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat anatara lain sebagai berikut :
1.      Bagi siswa
Penerapan pembelajaran moving class dapat menjadi pengalaman bagi siswa di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
2.      Bagi guru
Pembelajaran moving class dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
3.      Bagi sekolah
Pembelajaran moving class dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru. 
4.      Bagi penulis
Untuk menambah wawasan penulis mengenai pengaruh penerapan pembelajaran moving class terhadap motivasi belajar siswa di Madarasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.

E.     Metode Penelitian
1.      Waktu Dan Tempat Penelitian
            Waktu penelitian ini adalah setelah judul ini diterima setelah proposal penelitian. Adapun Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru.
2.      Subjek Dan Objek Penelitian
   Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru. Sedangkan Objek dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa dengan penerapan pembelajaran moving class.
3.      Sampel Dan Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1 Pekanbaru yang berjumlah 265 siswa. Sampel yang digunakan sebesar 25% atau 67 siswa. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Proportionate Stratified Random Sampling.[16]
4.      Teknik Pengambilan Data
a.       Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung melalui panca indera pada objek yang diteliti.
b.      Teknik Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.[17] Dalam hal ini siswa yang akan diberi angket.
c.       Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang gambaran secara umum lokasi penelitian. Ditujukan kepada subjek yang diteliti, akan tetapi melalui catatan-catatan atau dokumen yang ada.
d.      Wawancara (interview) untuk memperoleh data dan informasi dari guru-guru  yang terkait dengan masalah penelitian.
5.      Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis pengaruh, maka data yang terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasi. Oleh karena jenis data kedua data tersebut tidak sama, maka sebelum dianalisis data motivasi belajar yang bersifat ordinal itu terlebih dahulu diubah menjadi data interval. Untuk mengubah data ordinal menjadi data interval, rumusnya adalah :[18]
Ti = 50 + 10 )

Keterangan :
Xi = Variabel data Ordinal
X = Mean (Rata-rata)
SD = Standar Deviasi

                                    Setelah kedua data tersebut sama-sama berjenis interval, maka teknik korelasi yang digunakan  adalah koefisien product moment[19] dengan rumus :
  rxy =
Keterangan :
rxy = Korelasi Momen Tangkar
N = Cacah Subjek Uji Coba
 = Sigma atau Jumlah X (skor Butir)
2 = Sigma X kuadrat
= Sigma Y (Skor Faktor)
2 = Sigma Y Kuadrat
= Sigma Tangkar (Perkalian) X dengan Y
Setelah hasil koefisien korelasi rxy diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah mencari rsquare atau koefisien Diterminasi (KD). Rumus mencari KD adalah :
KD = rxy2 x 100 %.
Hasil koefisien diterminasi inilah yang menunjukkan besarnya pengaruh variabel model pembelajaran moving class terhadap motivasi belajar fiqih siswa.
Untuk menganalisi data penulis menggunakan bantuan perangkat komputer melalui program SPSS (Statistical Program Society Science) versi 16.0 for windows.
















DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani HM, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2004.
Departemen Agama Republik Indonesia, Standar Kompetensi, Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2004.

Hartono, Analisis Item Instrumen, Bandung : Nusa Media, 2010.
---------, Statistik untuk Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2008.
Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM,  Jogyakarta : Diva Press, 2011.
--------------------------, Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan, Jogjakarta : DIVA Press, 2011.
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Moh. Sholeh Hamid, Metode Edutainment, Jogjakarta : Divapress, 2011.
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta : Rajawali Press, 2011.

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Reaja Grafindo Persada, 2001.

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta, 2010.
Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan, Bandung : Alfabeta, 2009.
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2008.
----------------, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Putra Grafika.
Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pekanbaru : Al Mujtahadah Press, 2010.


[1] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Putra Grafika, 2006, h. 271.
[2] Moh. Sholeh Hamid, Metode Edutainment, Jogjakarta : DIVA Press, 2011. h. 48
[3] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru Dan Tenaga Kependidikan, Bandung : Alfabeta, 2009. h. 185
[4] Syaiful Sagala,Op.,Cit, h. 184
[5] Wina Sanjaya, Op,Cit., h. 133
[6] Ahmad Rohani HM, Penegelolaan Pengajaran, Jakarta : Rineka Cipta, 2004, h. 11
[7] Jamal Ma’mur Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM,  Jogyakarta : Diva Press, 2011, h. 150-151
[8] Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta : Rajawali Press, 2011. H. 94
[9] Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, h. 33
[10] Jamal Ma’mur Asmani, Op.,Cit, h. 175-176
[11] Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2008. h. 186.
[12] Syaiful Sagala, Op,Cit., h. 183
[13] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT. Reaja Grafindo Persada, 2001, h. 73
[14] Zalyana, Psikologi Pembelajaran Bahasa Arab, Pekanbaru : Al Mujtahadah Press, 2010, h. 19
[15]  Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara, 2011. h. 170
[16] Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta, 2010. h. 93
[17] Jamal Ma’mur Asmani, Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan, Jogjakarta : DIVA Press, 2011. h.123.
[18] Hartono, Analisis Item Instrumen, Bandung : Nusa Media, 2010. h. 124.
[19] Hartono, Statistik untuk Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008, h. 84