STRATEGI PEMBELAJARAN (LISTENING TEAM)
LISTENING
TEAM
(TIM PENDENGAR)
Oleh : Rahmadanni Pohan, Siti
Marpuah & Jupriantoni
A.
Pendahuluan
Pembelajaran merupakan pusat kegiatan
belajar mengajar, yang terdiri dari guru dan siswa, yang bermuara pada
pematangan intelektual, kedewasaan emosional, ketinggian spiritual, kecakapan
hidup, dan keagungan moral. Sebagian besar waktu anak dihabiskan untuk
menjalani rutinitas pembelajaran setiap hari.
Bagi seorang guru, mengajar adalah
aktivitas utama. Oleh karena itu, ia layak disebut guru, karena da transfer
ilmu kepada siswa. Kata orang bijak, dengan mengajar, ilmu menjadi tegak dan
berkembang. Dengan mengajarkan kepada orang lain, ilmu tidak akan habis, tetapi
justru semakin dinamis, progresif, dan produktif.[1]
Disinilah peran guru sebagai pendidik
yang mana harus mampu menguasai strategi atau metode dalam pembelajaran. Yang
sangat berdampak kepada aktivitas belajar beserta hasil belajar yang ingin
dicapai. Salah satu strategi yang dapat diimplementasikan dalam proses belajar
mengajar adalah listening team.
Listening
Team termasuk
kedalam bentuk pembelajaran Full Class
Learning. Pada dasarnya, kegiatan ini adalah sebuah cara yang
dapat membantu peserta didik agar tetap terfokus dan siap siaga dalam berbagai
situasi pembelajaran yang sedang terjadi. Dalam kegiatan ini, Listening Team
membentuk kelompok-kelompok kecil yang bertanggung jawab menjelaskan materi
pembelajaran, hampir sama dengan Model Jigsaw[2] , namun dalam Listening
Team disini tidak ada pertukaran anggota tim.
a. Pengertian Listening Team
Pengertian
operasional dari Listening Team adalah
suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu konsep atau
prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan yang
melibatkan indera pendengaran. Penggunaan Listening
Team dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera
pendengaran siswa (di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat
mendorong siswa agar tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran
berlangsung.[3]
Strategi ini membantu siswa untuk tetap berkonsentrasi
dan terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode ceramah. Metode ceramah
dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara
lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.[4]
Penggunaan strategi Listening Team
akan mencapai tujuan yang maksimal apabila memenuhi prinsip-prinsip di bawah
ini :[5]
1.
Pelaksanaannya
dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa.
2.
Semua siswa
harus terlibat sesuai dengan peranannya.
3.
Penentuan topik
disesuaikan dengan kemampuan kelas, tingkat sekolah dan situasi tempat.
4.
Materi yang
dipilih hendaknya terkait persoalan yang relatif banyak menimbulkan pertanyaan
dan pendapat.
5.
Materi yang
diajukan hendaknya dapat juga menumbuhkan pertimbangan dari berbagai pihak.
Strategi Listening
Team ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau tanggung
jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan
diperoleh partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
Yang mana diawali dengan pemaparan pembelajaran oleh guru. Selanjutnya
guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran
masing-masing. Misal, 40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok.
b. Langkah-langkahnya :
1. Bagilah
siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah satu dari
tugas berikut ini :
Tim
|
Peran
|
Tugas
|
1
|
Penanya
|
Setelah
pelajaran yang didasarkan ceramah selesai, Penanya yang bertugas membuat
minimal dua pertanyaan mengenai materi yang baru saja disampaikan.
|
2
|
Orang
yang setuju
|
Setelah
pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan poin-poin mana
yang mereka sepakati (atau membantu) dan menjelaskan mengapa demikian. Dan Kelompok
kedua ini merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif
tertentu. Atau disebut juga sebagai kelompok Pendukung yang
bertugas mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang berguna dari materi
pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan “mengapa kami setuju”.
|
3
|
Orang
yang tidak Setuju
|
Setelah
pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, mengomentari tentang poin
mana yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu) dan menjelaskan mengapa
demikian. Atau Kelompok ketiga ini merupakan kumpulan orang yang
menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Atau disebut
juga sebagai kelompok Penentang yang bertugas mencari
ide-ide yang tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi
pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan. Perbedaan
ini diharapkan memunculkan diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya
proses dialektika berpikir, sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan
struktural.
|
4
|
Pemberi
Contoh
|
Setelah
pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, memberi contoh-contoh khusus
atau aplikasi materi. Atau merupakan kelompok yang bertugas mereview dan
membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Serta Pemberi Contoh
yang spesifik atau penerapan dari materi yang disampaikan guru dengan
memberikan alasan.
|
2. Sampaikan
materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka. Setelah
selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyelesaikan
tugas mereka dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas mereka.
3. Mintalah
masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu
akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya
memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan.
4. Beri
klarifikasi secukupnya.[6]
Modifikasi
:[7]
a. Jika
jumlah siswa banyak, buatlah kelompok ganda artinya terdapat 2 kelompok sebagai
penanya dan begitu pula pada kelompok lainnya.
b. Bisa
juga dawali dengan tugas individual.
5.
Pembelajaran diakhiri
dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh
peserta didik dalam diskusi.[8]
1.
Buatlah peranan-peranan yang lainnnya. Sebagai contoh,
mintalah salah satu tim untuk menyimpulkan pelajaran yang disampaikan dengan
ceramah atau mintalah salah satu tim menciptakan berbagai pertanyaan yang
menguji pemahaman peserta didik tentang materi pelajaran, atau buat nama
kelompok yang unik untuk setiap peran mereka. Tantanglah peserta didik untuk
bertukar fungsi secara mendadak setelah menyelesaikan kegiatan diatas.
2.
Berikan pertanyaan-pertanyaan lanjutan yang akan
dijawab dengan pelajaran yang disampaikan dengan ceramah. Tantanglah peserta didik untuk mendengarkan
jawaban-jawabannya. Tim yang dapat menjawab paling banyak adalah tim yang
menang.
v Kelebihan Listening Team
·
Tidak memerlukan skill komunikatif yang rumit, dalam banyak hal siswa dapat berbuat dengan
pengarahan yang simple.
·
Interaksi antara
siswa memungkinkan timbulnya keakraban.
·
Strategi ini
menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan
kurang motivasinya.
·
Listening Team melatih siswa agar mampu berfikir kritis.
·
Siswa tidak terlalu bergantung pada
guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri.
·
Dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide/gagasan.
·
Dapat membantu anak untuk merespon orang
lain.
·
Dapat memberdayakan siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
·
Dapat mengembangkan kemampuan siswa
untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta menerima umpan balik.
·
Dapat meningkatkan motivasi dan
memberikan rangsangan untuk berfikir.
v Kelemahan Listening Team
·
Efektivitasnya
dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset.
·
Dalam
pelaksanaannya sering tidak terlibatkan elemen-elemen penting.
·
Waktu yang
dihabiskan cukup panjang.
·
Dengan keleluasaan pembelajaran, maka
apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari
tidak akan tercapai.
·
Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian
secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.
·
Mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan waktu yang panjang.
[1] Jamal Ma’mur
Asmani, 7 Tips Aplikasi PAKEM,
Jogjakarta : DIVA Press, h. 17
[2] Jigsaw learning
merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan
teknik “pertukaran dari kelompok ke kelompok” (group to group exchange) dengan
suatu perbedaan penting : setiap peserta didik mengajarkan sesuatu. Ini adalah
alternatif menarik, ketika ada materi yang dipelajari dapat disingkat atau
dipotong dan disaat tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang
lain-lain. Setiap kali peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi
dengan materi yang telah dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah
kumpulan pengetahuan yang bertalian atau keahlian.
[3] http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html
[4] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan, Ed. 1. Cet. 2, Jakarta : Kencana, 2007. h. 145
[5] http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html
[6] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar & Micro
Teaching, 2007, Ciputat : PT. Ciputat Press. h. 124-125
[7] Mudassir, Metode-Metode Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam, Pekanbaru : Suska Press. 2010. h. 58
[9] Mei Silberman, Active Learning : 101 Strategi Pembelajaran
Aktif, Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 2009. h. 106-107